Sehabis Di PHK Saat Pandemi COVID 19 Seorang Suami Harus Rela Istrinya Dibawa Debt Collector Untuk Bayar Hutang

GARA-gara Covid-19, Kaswilan, 35, harus Prokes ketat! Jaga jarak dengan istri tak hanya 1,5 meter, tapi berkilo-kilometer. Soalnya, Ny. Wahyuni, 30, dibawa kabur debt kolektor Marsudi, 37, yang kaya. Sedangkan Kaswilan, setelah di-PHK kantornya dia tak bisa membiayai rumahtangganya secara pantas.

Wabah Covid-19 yang melanda RI sejak Maret 2020 lalu, hingga kini belum teratasi, jumlah korban tewas sampai kemarin tercatat 20.994 jiwa. Gara-gara Corona banyak janda cerai mati, termasuk di Surabaya. Tapi Covid-19 juga membuktikan bahwa loyalitas istri pada keluarga sangat rapuh. Mereka banyak yang mementingkan benggol ketimbang bonggol. Ketika suami nganggur gara-gara Corona, buru-buru minta cerai!

Ny. Wahyuni adalah salah satu penyumbang angka perceraian di Surabaya, yang kini sehari rata-rata 40-45. Dia termasuk yang lebih mementingkan benggol ketimbang bonggol suami. Meskipun, untuk sikapnya itu dia harus mengorbankan dua anaknya yang masih kecil-kecil. Dia tega kabur bersama PIL-nya seorang debt kolektor yang tajir, membiarkan suami jadi Jaka Tarub, momong dua bocah yang belum tahu makna kehidupan.

Ketika Covid-19 belum mampir Surabaya, perekonomian keluarga Kaswilan-Wahyuni lumayan mapanlah. Intip garasinya begitu kata sebuah media online, ada satu mobil dan satu sepeda motor. Tapi setelah Corona hadir dan menghebohkan warga kota, mobil dan motor itu kontal (baca: terjual). Dan intiplah garasinya sekarang begitu kata sebuah media online, tinggal helm dan kunci roda karatan!

Memang Kaswilan terima pesangon dari perusahaan, tapi tak seberapa. Hidup nganggur berbulan-bulan semuanya jadi ludes. Mobil, motor, direbus buat makan sehari-hari. Biasanya bisa makan ayam goreng kremes, kini ibaratnya tinggal pakai kecap dan sambel trasi. Nggak tahu kapan Covid-19 akan berakhir, padahal Bu Walikota sampai nangis-nangis gara-gara dipaido oleh IDI dalam soal penanganan Covid-19.

Tapi rupanya Wahyuni tak bisa memahami kondisi suaminya. Ketika Kaswilan kehilangan penghasilan dan harus nggodok mobil-motor, dia malah ngomel-ngomel terus. Soalnya sejak suami banyak di rumah, malamnya minta jatah melulu. “Kerja nggak, ngerjain bini jalan terus,” gerutu Wahyuni.

Sementara iklim rumahtangganya mulai memanas di atas 40 drajat, Wahyuni berkenalan dengan Marsudi seorang debt kolektor bank. Orang inilah yang belakangan sering mondar-mandir ke rumah, gara-gara cicilan ke bank macet. Dan ternyata, hubungan bank-nasabah itu berakhir sampai urusan mendesah-desah. Sebab pada akhirnya Wahyuni mau juga dibawa ke hotel sampai dibikin dedel duel.

Sejak itulah Wahyuni demen oposisi pada suami sendiri, bahkan walk out dari rumah untuk menyatakan sikap. Ke mana perginya dia? Ya ke mana lagi kalau bukan pacaran dengan debt kolekor Marsudi. Pokoknya, gara-gara Covid-19, Wahyuni kehilagan sikap loyalisnya pada suami. “Bonggol no, benggol yes…..” kata Wahyuni seakan menantang Kaswilan.

Klimaksnya, dia minta hubungan perkawinan ini diakhiri alias cerai saja. Awalnya Kaswilan menolak dengan alasan kasihan dua anaknya yang masih kecil-kecil. Tapi Wahyuni tak mau tahu, dengan alasan soal anak rejekinya nanti sudah diatur oleh Allah Swt. “Jangan putus asa akan rahmat Allah,” kata Wahyuni menguitip Surat Yusuf sebagai perolehan nonton pengajian Mama Dedeh di Indosiar.

Ketimbang rumahtangganya terhina, karena bininya malah terus dikangkangi lelaki lain yang tak berhak, ya sudahlah……bercerai saja. Kaswilan pun membawa persoalan ini ke Pengadilan Agama Surabaya, untuk mengurus perceraiannya. Dia siap menjadi Jaka Tarub (baca: momong anak) entah sampai kapan…

Setelah disuntik vaksin Covid-19, nanti bisa nyuntik lagi Bleh bersama istri baru

This entry was posted in Kisah Cinta, Konyol dan Lucu, Pernikahan, Perselingkuhan. Bookmark the permalink.

Leave a comment